God, I was Alone

Saat aku memilih diam untuk menjalani hidup ini, mungkin aku berfikir bahwa semua sudah tidak berguna lagi.
Berlari, memang aku ingin berlari, berlari meninggalkan semua cerita ini.
Jenuh, aku memang jenuh.
Ingin aku menangis dalam kesendirian, namun sekali lagi aku gagal.
Entah ada apa dengan hatiku, seakan aku hanya berjalan sekena apa yang memang ingin aku lakukan.
Hentikan langkahku jika memang aku hanya tersenyum bersama airmata, bahagia yang sebenarnya tidak aku rasakan ketika aku menangis dalam sepi.
Tuhan, masih pantaskah aku berada di sini, sementara aku hanya mampu tersenyum seperti nada terpaksa..
Belajar mengerti dan menerima suatu keadaan sementara aku tau, bahwa aku tidak akan mampu melewatinya.
Semua aku jalani sesuai "siapa aku sebenarnya" aku hanya manusia yang masih membutuhkan bimbingan untuk langkah kecilku mengenali kerasnya dunia.
Menangis, perlukah aku berteriak selama tangisku?

Siapa yang mampu mengerti aku dengan sebagian kecil inginku?
Siapa yang mau memahami mimpi yang aku gambarkan dalam hidupku?
Apa yang akan orang katakan jika itu memang keinginanku? " Aku bertanya bersama asa, mengejar semua kesalahan, menghapus semua kesakitan "
Tuhan, aku minta maaf kalau kehadiranku untuk seseorang ternyata menyakitkan orang itu.
Aku memang sakit, aku memang berharap, aku memang menanti.
Tapi, aku tidak pernah menginginkan siapapun mengalami apa yang aku rasakan, karena aku tau sakitnya rasa yang seperti itu.
Seakan tidak punya semangat, sementara sahabat selalu di sisi.
Mungkinkah aku merelakan semuanya begitu saja, sekejap aku tersenyum dalam tangis, menahan diri melupakan semua.
Haruskah aku terus seperti ini?
Terdiam kala aku tau bahwa aku sudah benar-benar menyerah, menyerah dengan keadaan ini.

Tuhan, hentikan tangisku, ingin ku lihat senyumku yang benar memang itu diriku
Share: