Mengeja Filsafat

Mahasiswa yang hendak mempelajari filsafat tidak akan dapat memahami filsafat tanpa mempelajari sejarah filsafat. Pemikiran filsafat pada dasarnya merupakan sejarah pemikiran para filsuf, kita hanya akan dapat memahami pemikiran sang filsuf itu jika kita mengetahui pemikiran-pemikiran filsuf sebelumnya.
Sejarah filsafat barat terbagi dalam empat periode, yakni periode yunani kuno, abad pertengahan, modern, dan kontemporer (abadke-20dan21).


Filsafat Yunani Kuno (600 SM-500 SM).
Filsafat Yunani dimulai sejak abad ke-6 SM. namun, sebelum lahirnya filsafat telah ada beberapa kondisi yang perlu kita ketahui, yaitu mitologi, kesusasteraan, pengaruh ilmu pengetahuan dan kehidupan politik.


Filsafat Abad Pertengahan (400 – 1500 M).
Ini adalah zaman dimana filsafat sebagai alat untuk pembenaran atau justifikasi ajaran agama (the philosophy as a hand maiden of theologi). Sejauh mana filsafat bias melayani teologi, bisa diterima. Namun, filsafat yang dianggap bertentangan  dengan ajaran agama dan gereja, ditolak. Banyak buku-buku filsafat yunani kuno ditemukan kembali di zaman ini, tetapi banyak yang diberangus, karena dinilai pemikiran kaum kafir, zaman  ini sering dinamakan Abad Kegelapan Filsafat.
Ciri – ciri filsafat abad pertengahan antara lain : banyak membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan keyakinan (iman) dengan rasio, keberadaan dan kesatuan Tuhan, teologi dan metafisika ,dan persoalan-persoalan epistemologi (universal dan individual ).
Masa abad pertengahan ini terbagi menjadi dua masa, yaitu masa Patristik dan masa Skolastik (Skolastik Awal, Puncak, dan Akhir).


Masa patristik (para pemimpin gereja)
Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas atau golongan ahli pikir yang menimbulkan banyak beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat yunani dan ada yang menerimanya.
Bagi mereka yang menolak, alasannya karena beranggapan bahwa mereka sudah mempunyai kebenaran yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti filsafat yunani. Bagi mereka yang menerima beralasan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran (firmanTuhan), tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara berpikir).


Masa Skolastik
Skolastik (school) berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Filsafat skolastik dapat berkembang dan tumbuh karena, Faktor Religius, keadaan lingkungan saat itu yang berperikehidupan religius. Faktor ilmu pengetahuan, pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran.
Skolastik Awal (800-1200). Pemikiran filsafat Patristik mulai merosot.
Skolastik Puncak (1200-1300). Disebut sebagai masa berbunga, ditandai dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo.
Skolastik Akhir (1300-1450). Ditandai dengan rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandekan).


Filsafat  Modern (1600-1900).
Filsafat modern berawal pada abad ke-16 Masehi, setelah terlebih dahulu dimulai oleh Gerakan Renaissance dan Humanisme di Eropa Barat (1300-an -1600). Gerakan ini merupakan gerakan atas kekuasaan gereja. Menurut gerakan ini, manusia pada prinsipnya merupakan pusat dari alam semesta, sehingga memiliki kebebasan untuk mencari kebenarannya sendiri. Pada  zaman ini  banyak filsuf berpegang teguh pada pendirian bahwa manusia pada hakikatnya bukan sebagai viator mundi (penziarah  dimuka  bumi), melainkan sebagai vaber mundi (pekerjaan atau pencipta dunianya). Manusia harus mencari sendiri kebenaran, bukan bersandar pada ajaran yang telah diberikan oleh gereja dan agama.
Pada masa ini dipandang sebagai sumber pengetahuan secara alamiah yang dipakai manusia yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri). Maka pada abad ini timbul dua aliran yang bertentangan yaitu Rasionalisme dan Empirisme.
Aliran Rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah akal atau rasio, hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akal lah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan mutlak.  Aliran Empirisme berpendapat bahwa pengalamanlah yang menjadi sumber  pengetahuan, baik pengalaman batiniah maupun lahiriyah.


Filsafat Kontemporer (1900-dewasa ini).
Filsafat kontemporer ditandai oleh variasi pemikiran filsafat yang sangat beragam dan kaya, mulai dari analisis bahasa, kebudayaan, kritik sosial, metodologi (fenomenologi, heremeutika, strukturalisme), filsafat hidup (eksistensi), filsafat ilmu, sampai filsafat tentang perempuan (feminisme).ciri lainnya ditandai dengan profesionalitas disiplin filsafat.


Share:

Kebenaran

“Jangan berbicara masalah kebenaran jika kamu belum punya akal..jangan berbicara masalah keyakinan jika kamu tidak punya hati, karena kebenaran dan keyakinan sumbernya dari akal yang sehat dan hati yang suci” -Abdul MM.-

Dari jaman nenek moyang sampai sekarang orang-orang sering bertanya apa itu kebenaran dan sebagian besar orang mencarinya dan memunculkan argumentasi tentang kebenaran dengan berlandaskan teori-teori dari berbagai sisi keilmuan, dan seringkali ada sebagian orang berteriak dengan lantang “saya sudah menemukan kebenaran!!” walaupun kebenaran yang dia temukan belumlah tentu di anggap benar oleh sebagian yang lain.

Sampai sekarang arti “kebenaran” itu tetaplah abstrak dan seringkali dalam prosesnya menyebabkan konflik horizontal karena semua orang sama-sama mempunyai versi “kebenaran” masing-masing. Maka dapat dikatakan bahwa kebenaran adalah hal yang bersifat subjektif dan majemuk.

Kebenaran itu seperti udara, kita dapat merasakan kehadirannya namun tidak mampu melihatnya dengan nyata bentuknya. Mungkin memang Tuhan menciptakan kebenaran sengaja untuk diperdebatkan dan diperselisihkan oleh manusia.

Ketika kita berbicara masalah kebenaran tentu akan berbading lurus dengan keyakinan dalam artian semakin kita merasa benar tentang sesuatu maka kita akan semakin yakin dan meyakini tentang sesuatu itu.

Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah darimana sumber kebenaran dan keyakinan?? apakah dari hati atau dari akal?? (dan sampai sekarang belum ada bidang keilmuan apapun yang menjelaskan secara pasti dimana letaknya hati apakah di liver atau jantung atau dibagian tubuh yang lain, akalpun demikian apakah memang adanya di otak atau tempat lain) dan kembali saya menyerahkan semua jawabannya kepada anda semua.

Akan tetapi satu hal yang harus digaris bawahi sejahat-jahatnya manusia apabila ia akan melakukan kejahatan ia tahu persis bahwa apa yang ia lakukan adalah salah.
Paragraf terakhir ijinkan saya mengutip argumentasi seorang teman pada blognya yang berisi seperti ini :

“Apakah kebenaran itu? Apakah yang kaulakukan selama ini sudah benar? Apakah yang kau yakini itu benar? Semuanya hanya berupa jalan yang bercabang dua. Yang harus dipilih adalah jalan yang kiri atau yang kanan. Karena dikiri adalah jalan yang benar dan yang kanan adalah jalan yang betul. Semuanya terserah pada kata hati mu karena kata hatimu adalah jawaban yang terbaik.”
Share: