Blora Dalam Potret Sejarah

Sumber gambar: penataanruangjateng.info

Menurut cerita rakyat, Blora berasal dari kata Belor yang berarti lumpur. Kemudian kata Belor berkembang menjadi mbeloran yang sekarang dikenal dengan nama Blora. Secara etimologis Blora berasla dari kata Wai dan Lorah (Wailorah). Wai berarti air dan Lorah berarti jurang atau tanah rendah. Dalam bahasa jawa, huruf W kadang berubah menjadi B, tanpa merubah arti katanya. Seiring dengan perkembangan zaman, kata Wailorah menjadi Bailorah, dari kata Bailorah menjadi Blora. Jadi nama Blora berarti tanah rendah berair, yang dekat sekali dengan pengertian tanah lumpur.

HJ. De Graaf dan TH. Pigeaud dalam buku Kerajaan Islam Pertama di Jawa: Tinjauan Sejarah Politik Abad XV dan XVI menyebutkan bahwa Blora di masa lalu disebut Mendang Kamulan atau Medang Kamulan. Suatu tempat yang dalam mitos jawa sering disebut sebagai tempat asal keturunan raja-raja Jawa tertua.


Dalam teks Jawa seperti yang dikemukakan Daldjoeni (1984: 1478) yang dirujuk oleh Suryadi (1995; 79) bahwa kerajaan Medangkamulan berlokasi di Blora. Praduga Daldjoeni tentang lokasi Medangkamulan sesuai dengan keterangan dalam sebuah teks lontar (Brandes, 1889a; 382) bahwa Medangkamulan teretak di sebelah timur Demak, seperti berikut: "Mangka wonten ratu saking bumi tulen, arane Prabu Kacihawas, punika wiwitaning ratu tulen mangka jumeneng ing lurah Medangkawelan, sawetaning Demak, sakuduling warung."


Blora berubah menjadi kabupaaten pada tanggal 11 Desember 1749, dengan bupati pertama bernama Wilatikta. Blora sekarang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jwa Tengah, sekitar 127 km sebelah timur Semarang. Berada di bagian timur Jawa Tengah, Kabupaten Blora berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati di utara, Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bojonegoro di sebelah timur, Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) di selatan, serta Kabupaten Grobogan di barat.


Kabpaten Blora terdiri dari 16 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Blora. Di samping Blora, kota-kota kecamatan lainnya yang cukup sidnifikan adalah Cepu, Ngawen, dan Randublatung. Cepu sejak lama dikenal sebagai daerah tambang minyak bumi, yang dieksploitasi sejak era Hindia Belanda. Blora menjadi sorotan internasional ketika kawasan Blok Cepu ditemukan cadangan minyak bumi sebanyak 250 juta barel. Bulan Maret 2006 Kontrak Kerjasama antara Pemerintah dan Kontraktor PT. Pertamina EP Cepu, Exxon Mobil Cepu Ld, PT Ampolex Cepu telah ditandatangani, dan Exxon Mobil Ltd ditunjuk sebagai operator lapangan, sesuai kesepakatan Joint Operating Agreement (JOA) dari ketiga kontraktor tersebut. Blok Cepu adalah daerah penghasil minyak bumi paling utamma di Pulau Jawa, terdapat bagian timur Kabupaten Blora.

Wilayag administrasi Kabupaten Blora seluas 1820,59 km (atau sekitar 182.058.797 ha), terdiri atas dataran rendah dan perbukitan dengan ketinggian 96.00-280 m di atas permukaan air laut. baian utara merupakan kawasan perbukitan, bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian selatan juga berupa perbukitan kapur yang merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng, yang membentang dari tumur Semarang hingga Lamongan (Jawa Timur). Ibukota Kabupaten Blora sendiri terletak di cekungan Pegunungan Kapur Utara.[5] Randublattung adalah wilayah kecamatan terluas (211,13 km), disusul kecamatan Jati (183,62 km), Jiken (168, 17 km) dan Todanan (128,74 km).

Sebagian besar wilayah Kabupaten Blora merupakan daerah krisis air (baik untuk air minum mauoun untuk irigasi pertanian dan sejenisnya) pada musin kemarau, terutama di daerah pegnngan kapur. Sementara pada msim penghujan, berpotensi rawan longsor di sejumlah kawasan. Sebagian besar tanah di daerah ini cenderng tandus, dan hanya sebagian daerah yang cocok ntk pertanian. Oleh karena it, wajar apabila separuh dari wilayah Kabupaten Blora merpakan kawasan hutan (49,66%), baik berupa htan negara atau hutan rakyat, terutama di bagian tara, timur dan selatan.


Dataran rendah dibagian tengah ummnya merupakan areal persawahan (25,38%). Sisanya digunakan sebagai pekarangan, tegalan, wadk, perkebunan rakyat dan lain-lain (24,96%) dari seluruh penggnaan lahan. Kecamatan dengan areal hutan cukp las terdapat di Randublatung, Jiken dan Jati, masing-masing lebih dari 13 ribu Ha. Luas penggunaan tanah sawah terbesar di Kecamatan Knduran dan Kedngtuban (4.676,7590 Ha). Dua Kecamatan ini dikenal sebagai lumbng padi Kabupaten Blora.


Daftar Pstaka:
1.www.pemkabblora.go.id
2.H.J. De Graaf dan TH. Pigeaud dalam buku Kerajaan Islam Pertama di Jawa; Tinjauan Sejarah Politik Abad XV dan XVI, cet. Iv, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2001), h. 66
3.Anonim, Kelahiran Hanacaraka, dalam www.jawapalace.org.
4.www.wikipedia.com
Share: