KIRI


Gue ingin ngobrol tentang kiri. Mari bicara tentang kiri yang selalu sukses memancing kalut di sebuah negeri bernama Indonesia.

Pertama-tama, kita runut dulu sejarah istilah kiri yang menyeramkan ini. Awalnya terminologi kiri dan kanan digunakan untuk menunjukkan afiliasi politik seseorang di awal era Revolusi Prancis. Asal muasalnya sangat sederhana, cuma soal tempat duduk para anggota legislatif di Prancis pada tahun 1791. Waktu itu, raja masih jadi kepala negara [dalam konteks formal], dan pendukung kerajaan yang konservatif [kaum Feuillants -- jangan suruh saya membaca nama ini!] duduk di sebelah kanan ruang sidang legislatif; sedangkan kelompok radikal (kaum Montagnards) duduk di sebelah kiri ruangan. Aslinya sih, pemisahan ini mencerminkan tingkat keberpihakan masing-masing kelompok pada rezim lama (baca: para aristocrat). Maka kala itu kaum kanan adalah kelompok pendukung para aristokrat dan keluarga kerajaan. Sedangkan kaum kiri diartikan sebagai kelompok yang menjadi oposisi. Sehingga dalam perjalanannya pertentangan-pertangan antara si “kanan” dan si “kiri” merambah pada epistemology atau falsafah hidup manusia dalam menata masa depan umat manusia Itu dulu. Namun lama kelamaan, pemisahan siapa kiri dan siapa kanan jadi jauh lebihkompleks. Misalnya nih, waktu revolusi Bolshevik, jelas Stalin dan para pendukungnya masuk di golongan kiri; dan memang, para pendukung komunisme jaman Stalin disebut (dan menyebut diri mereka) the leftists, alias kaum kiri. Tapi, siapa yang bisa disebut kelompok kiri di Rusia kala Stalin berkuasa? Mereka yang mendukung Stalin sejak Bolshevik-kah? Atau para reformis yang sudah mengadopsi beberapa pemikiran yang berasal dari mazhab kanan? Sudah mulai bingung? Semoga belum. Yang jelas, terminologi kiri dan kanan mengalami evolusi seiring perkembangan jaman.

Tokoh filusf “kiri” yang telah dibahas dalam salah satu buku Listiono Santoso, dan kawan-kawannya yang berjudul “Epistemologi Kiri” tokoh kiri itu dimulai dari Karl Marx yang melahirkan paradigma materialism dialektika dan materialisme historis, kemudian dilanjutkan oleh Freedrich Wilhelm Nietzsche yang mendokonstruksi kemapanan dan juga kehendak untuk berkuasa (the will to power) dia mengatakan bahwa manusia itu akan menjadi agung ketika memadukan secara harmonis dari tiga hal yaitu; kekuatan, kecerdasan, dan kebanggaan. Tikoh selanjutnya dicap sebagai “kiri” yaitu Antonio Gramsci yang hidup pada pemerintahan fasis italia Benito Mussolini sehingga gramsci pada waktu itu di dipenjarah karena mengkritisi dan merupakan penghalang jalannya pemerintahan fasis, dalammagnum opus, prison notebook, dia melancarkan kritikan dan rekonstruksi mainstreampemikiran yang tengah berkembang, sedangkan teori termasyhur yang di hasilkan dari penjara fasis adalah teori tentang “Hegemoni”. Selanjutnya ada juga tokoh islam seperti; Mohammad Arkoun yang melakukan rekonstruksi terhadap Al-Qur’an dengan nalar kritis. Arkoun mengkritik tradisi ortodoks yang didominasi oleh logosentrisme dan juga mengkritis objektivisme dan positivisme, Hassan Hanafi (penggagas Islam Kiri), dan Asghar Ali Engineer, yang menggunakan “Teologi Pembebasan”nya sebagai inti dari pemikirannya[1]. Dari beberapa tokoh diatas yang dikenal sebagai orang-orang “kiri” yang begitu getol mengkritisi kemapanan,penindasan dan penghisapan manusia dengan manusia lainnya diatas muka bumi hanya menjadi sebahagian dari jutaan kaum “kiri” yang tersebar di dunia yang sedang melawan mainstream penghambaan atas individualism. Pengertian tentang apa itu “kiri” sudah tergambar jelas, “kiri” bisa dianggap sebagai kelompok yang kritis terhadap keadaan yang melenceng dari nilai-nilai kemanusiaan. Nah…! Ketika sudah ada gambaran tentang apa itu kiri dan dari mana asal muasalnya, kini kembali focus pada pembahasan  tentang apa yang akan menjadi konsekuwensi sebagai kaum “kiri” yang berbahaya itu? Mari kita lanjutkan.

Sederhananya, terminologi kiri biasa diasosiasikan dengan kelompok progresif (di Amerika Serikat, kelompok kiri kerap juga diartikan sebagai kelompok Liberal); sedangkan terminologi kanan diasosiasikan dengan kaum konservatif yang setia pada paham-paham lama.

Dalam perjuangan tentunya banyak konskwensi, dan segala bentuk atau cara mempertehankan hidup, adalah perjuangan. Saya ingin mulai dari seorang revolusioner dari argentina, Che Guevara; seorang dokter yang mungkin kita fikir bahwa menjadi seorang dokter akan lebih mudah mendapatkan uang yang banyak dengan memberikan layanan jasa terhadap orang yang menderita penyakit, kemudian kita sembuhkan lalu mendapat imbalan yang sangat besar. Tapi, kenapa Che Guevara memilih ikut berjuang bersama Fidel Castro bergerilya melawan cengkaraman kapitalisme-neoliberalisme di kuba?, Friedrich Engels seorang pengusaha sukses yang ikut memperjuangkan nasib kaum buruh merelakan bisnisnya untuk membebaskan manusia dari penindasan kapitalisme internasional bersama dengan sahabatnya Karl Marx, mengapa? Dan masih banyak tokoh “kiri” yang ada di Indonesia bisa menjadi sumber kalau pernyataan itu kurang tepat jika menganggap bahwa orang yang di cap kaum “kiri” akan jauh dari kesuksesan, malaj justru sebaliknya, kita keluar dari lingkaran itu, untuk membentuk masyarakat yang adil dan manusiawi. Jadi jangan pernah takut di cap sebagai kaum “kiri” karena itu adalah jalan yang tepat, jalan yang diridhohi seperti para nabi-nabi sebelumnya.

Di Indonesia, kiri acap kali diartikan secara sempit sebagai PKI/Komunis/Sosialis -- tanpa mengenali sejarah maupun pemaknaan kata-kata tersebut secara benar. Ya, tidak heran kalau ujungnya jadi salah kaprah tiada tara. Ada baiknya kita mencoba menggali lagi, arti dari tiap-tiap kata yang berseliweran di sekeliling kita, daripada lantas mendekam dalam kebingungan abadi gara-gara indoktrinasi rezim yang gemar berdusta.
Tapi semua kembali pada pilihan masing-masing orang: Apakah hendak menggali tiap kata dan memaknainya dengan merunut sejarah kata itu? Atau masih betah terlelap dalam dusta dan pemaknaan absurd karangan para tukang bohong? Terserah, sih. Yang penting elu menentukan pilihan itu secara sadar, dan siap dengan segala konsekuensinya.

*diolah dari berbagai sumber
Share: